Cara Guru Dan Lingkungannya Mendukung Penguatan Pendidikan Karakter
Cara Guru Dan Lingkungannya Mendukung Penguatan
Pendidikan Karakter
Oleh : Halley Kawistoro
Guru digugu dan ditiru merupakan
purwarupa peserta didik. Dia menjadi model nyata dan hidup ditengah-tengah
peserta didiknya. Semua tindak-tanduk seorang guru akan mencerminkan peserta
didiknya.
Ada beberapa cara yang biasa dilakukan
guru di sekolah dan merupakan penerapan dari penguatan pendidikan karakter.
1. Guru datang tepat waktu : Seorang
guru berkarakter menjadikan dirinya sebagai motor penggerak dimulai nya geliat
pembelajaran. Setengah jam atau paling sedikit 15 menit sebelum pembelajaran
dimulai guru harus sudah berada di lingkungan sekolah.
2. Guru menyambut Peserta Didik : Seorang guru bersahaja
mengikhlaskan dirinya sebagai guru piket yang menyediakan waktu untuk menyambut
peserta didiknya dengan senyum terindah di setiap pagi dan memberikan semangat
terbarukan bagi peserta didiknya.
3. Guru memulai dan menutup
pembelajaran dengan berdoa : Seorang guru yang berkeyakinan dan berpositif
dalam pemikirannya. Menjadikan doa atau kalimat keyakinan menjadi pemantik
motivasi bagi peserta didiknya. Untuk memulai pembelajaran dengan semangat dan
mengakhirinya dengan bersyukur.
4. Guru Berbicara santun dan bertindak
sopan : Guru sebagai model yang diperhatikan setiap apa yang dikatakan dan apa
yang dilakukan. Seorang guru pria harus membebaskan rokokk nya dilingkungan
sekolah, seorang guru wanita menjaga lisannya untuk berujar lemah lembut.
Setiap guru menghapuskan sanksi berupa hukuman fisik yang berlebihan dan menjurus
kepada kekerasan. Hukuman fisik bersifat melatih tanggung jawab atau
dikategorikan olahraga. Seperti memungut sampah di sekitar kelas atau push-up.
Kesantunan dan kesopanan guru harus seiring sejalan.
5. Guru berpenampilan menarik : Guru
harus mampu mengeluarkan daya tariknya dan membangun kedekatan dengan peserta
didiknya. Penampilan menarik bukan bermakna mewah dan elegan. Berpenampilan
menarik dalam lingkungan guru dikategorikan secara sederhana dan bisa menjadi
panutan bagi peserta didiknya. Guru memakai baju rapi dan sopan. Menampilkan
kebersamaan dalam etika berpakaian yang rapi. Jangan sekali mencoba memberi
arahan agar pakaian peserta didiknya rapi dikala itu guru memberi gambaran
sebaliknya alias tidak rapi, amburadul atau urak-urakan. Sebuah paket utuh
penampilan seorang guru merupakan cermin langsung bagi peserta didiknya dalam
berpenampilan baik di lingkungan sekolah atau sepulangnya nanti.
6. Guru Partisipatif : Guru selalu
hadir di tengah-tengah peserta didiknya. Tidak pernah merasa jemu, bosan dan
lelah dalam segala kegiatan di sekolah. Kegiatan senam pagi guru maju dan ikut
serta bersenam bersama peserta didiknya. Kegiatan Upacara guru tampil berbaris
pertama kali sebelum upacara dimulai. Kegiatan literasi guru ikut membaca untuk
memenuhi kebutuhannya dalam ilmu pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta
didiknya. Serta kegiatan beragama guru bisa menjaga toleransi dan mencerminkan
nilai-nilai keagaamaan yang disampaikannya di sela-sela kegiatan atau
pembelajaran. Menjadi Partisipatif adalah keharusan mutlak bagi seorang guru
untuk menjadikannya sebagai penguat Karakter peserta didik dalam dunia
pendidikan.
Banyak hal yang bisa dilakukan guru
mendukung program pemerintah. Pertanyaan pun bisa berbalik arah setelah semua
guru berperan aktif dalam program-program untuk meningkatkan kompetensi.
Tujuan pendidikan kepada peserta didik
yang sudah berorientasi nilai telah tertanam kuat dalam pemahaman masyarakat
dan terbentuk secara lisan dari satu ke yang lainnya. Masyarakat beranggapan
siswa atau peserta didik yang pintar merupakan peserta didik yang mendapatkan
nilai tertinggi di sekolah atau lembaga pendidiknya. Pandangan negatif pun
muncul dan sudah terarah kepada pahlawan tanpa tanda jasa. Pandangan tersebut
berupa pernyataan “Guru hanya mengejar sertifikasi dan tidak profesional”.
Penyederhanaan adsministrasi guru dalam
kegiatan belajar sebenarnya sudah mulai terbantu oleh program
pemerintah. Peran Operator sekolah atau petugas pendataan pendidikan merupakan
sumber terbaik pemerintah untuk mendapat gambaran pendidikan secara nyata di
lapangan. Selayaknya guru dan operator bersinergi saling membantu satu sama
lain. Guru aktif berperan membantu pengumpulan data sedangkan pengisisian dan
penentryan data bisa diserahkan langsung ke operator sekolah. Setelah itu,
kepala sekolah memantau dan mengawasi pengisian data satuan pendidikannya.
Kepala sekolah saat ini menjadi tokoh
sentral pembentukan karakter di satuan pendidikannya. Dibutuhkan seorang kepala
sekolah yang memiliki multiskill atau kemampuan yang beragam dalam
kepemimpinannya. Ia harus mampu memfasilitasi komunikasi dari berbagai penjuru.
Tujuan pendidikan yang terarah di setiap satuan pendidikan dan akan bisa
direalisasikan langsung oleh setiap guru di sekolah. Kepala sekolah yang sudah
tidak dibebani lagi dengan jam tugas mengajar seharusnya memudahkan memanajemen
semua kegiatan di satuannya. Enam hari kegiatan pembelajaran di sekolah harus
terawasi dengan baik. Pembagian tugas kepada rekan dan bawahannya memebutuhkan
survey dan observasi untuk kelayakan kemampuan anggotanya dalam menyelesaikan
tugas. Perlu juga ada ketegasan yang mendidik dari seorang pemimpin. Ketika guru
lalai atau melakukan kesalahan ada pembinaan yang bisa meningkatkan kemampuan
bawahannya bukan sanksi hukuman atau diskriminasi sosial antara pro kontra yang
terjadi bisa dikatakan kepala sekolah sebagai pemersatu.
Sekolah sebagai satu kesatuan tidak
lepas dari peran satu sama lain. Untuk itu sejatinya karakter sebuah sekolah
adalah gambaran nyata bagaimana lingkungan pendidikan yang terbentuk di sekolah
tersebut. Jadikanlah sekolah anda berkarakter dan menggambarkan siapa saja yang
berada di sana. Majulah dan berkarakterlah pendidikan INDONESIA.
Hormat saya
Penulis
Post a Comment for "Cara Guru Dan Lingkungannya Mendukung Penguatan Pendidikan Karakter"
Berkomentarlah Sesuai dengan Artikel di atas. Jangan berkomentar yang mengandung SPAM, SARA, dan Pornografi.