Cara Menjadi Guru Bersahaja Sebagai Penguat Karakter Peserta Didik
Salam Hangat dan Hormat
Kepada semua pengunjung dan pembaca
Cara
Menjadi Guru Bersahaja Sebagai Penguat Karakter Peserta Didik
Oleh
: Halley kawistoro
Pahlawan tanpa tanda jasa yang disebut
dan bernama “GURU”. Sosok penting dalam kemajuan pendidikan di sebuah bangsa
dan negara. Indonesia memiliki sejarah yang istimewa terhadap tokoh penting
ini. Dijadikan sebuah lagu berjudul oemar bakrie. Memiliki satir yang selalu
dikenang dengan mengajar membaca. Ini budi, ini ibu budi dan ini bapak budi.
Guru memiliki ruang dan tempat yang
khusus di lingkungan masyarakat. Sebutan guru terasa istimewa. Bukan karena,
kemewahan yang dimilikinya. Kesederhanaan dan dedikasinya terhadap pekerjaannya
merupakan contoh bagi masyarakat dan lingkungan. Pergeseran makna pun terjadi
di era guru mendapat sertifikasi. Sekitar Tahun 2007 dan 2008 program
sertifikasi guru bertujuan sebagai bentuk penghargaan dedikasi pekerjaan
seorang guru. Melalui fortofolio, guru mengumpulkan bahan persyaratan berupa
arsip dokumen kerja dan data diri. Guru-guru yang berusia 50 tahun ke atas
dijadikan sebagai prioritas utama. Semakin tahun berjalan perhatian pemerintah
berubah karena menuntut tunjangan diberikan atas kinerja. Bergama kegiatan
dilakukan untuk mengukur kompetensi guru. Mimpi indah penghargaan kepada
profesi guru telah pupus dengan hadangan peraturan-peraturan yang tidak
berpihak. Tidak ada lagi prioritas untuk profesi yang mulia ini. Aturan-aturan
yang dibebankan kepada guru atau tenaga pendidik menjadi momok yang
memberatkan. Perubahan kurikulum serta pemenuhan perangkat pembelajaran yang
terus berkembang memberikan efek psikologis tersendiri.
Penguatan Pendidikan Karakter di
gaungkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mendukung program
kurikulum 13. Tujuannya menciptakan dan melahirkan generasi yang memiliki
karakter secara emosional dan spiritual. Mampu berfikir cerdas dan cekatan
serta menjadi pribadi yang sehat jasmani melalui kegiatan kinestetik. Guru dari
dahulu sampai saat ini dituntut memiliki kemampuan yang kompleks dan beragam. Antara
lain;
Kemampuan teknologi ; kemampuan ini
meliputi pemahaman sumber belajar berbasis teknologi. Guru harus menguasai
program komputer, penggunaan media pembelajaran berbasis internet dan
Penggunaan media elektronik; media audio visual, proyektor, dan Handphone
Kemampuan mengaitkan Pengetahuan ;
Seorang guru harus meningkatkan kemampuannya mengaitkan satu keilmuan dengan
keilmuan lainnya. Misal guru matematika menjelaskan cara pembagian lalu
dikaitkan dengan ilmu agama. Menjelaskan bahwa dengan membagi bilangan
mengajarkan manusia untuk berbagi dengan sesama seperti sedekah, hadiah, dan
zakat. Artinya, keilmuan matematika bisa menguatkan karakter peserta didik
dengan mengaitkan ilmu agama untuk saling berbagi. Contoh lain seorang guru
agama islam menjelaskan pahala beribadah
secara jamaah akan lebih banyak mendapatkan pahala dibandingkan dengan ibadah
sendiri. Seperti perkalian 1x27 keutamaan solat berjamaah. Dengan demikian
peserta didik akan mengalami proses berfikir kritis.
Kemampuan mendidik ; bisa
dikategorikan guru yang memiliki peran sebagai inisiator dan motivator. Guru
berperan sebagai inisiator dalam membentuk karakter. Datang lebih awal dan
menyambut siswa, memberi salam, dan mengajak doa bersama di pagi hari.
Memberikan contoh berpakaian yang rapi dengan kelengkapan yang benar. Itu semua
bisa menjadikan guru sebagai inisiator.
Guru memiliki peran sebagai motivator
yang memberikan arahan kepada peserta didiknya untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan. Memberikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapinya.
Menjadi tempat bertanya bagi peserta didik atas keilmuan yang diberikan serta
membimbing mereka menjadi berkemampuan terhadap suatu keilmuan. Guru bahasa
indonesia memberikan motivasi agar peserta didik mampu tampil dalam kegiatan
berbicara atau berperan menjadi pembawa acara. Guru Ips memberikan motivasi
kepada peserta didiknya untuk mampu menjadi makhluk sosial yang saling
berhubungan dengan makhluk lainnya.
Kemampuan menguatkan karakter :
pemahaman ini menjadikan guru sebagai model bagi peserta didiknya. Hadir tepat
waktu, memberikan contoh berperilaku dan bersikap baik. Berbicara yang santun
dan mampu memberikan contoh karakter yang tepat. Disiplin, jujur dan
bertanggung jawab.
Guru
Bersahaja
Cita-cita dunia pendidikan untuk
sampai pada generasi seratus tahun indonesia menjadi standar yang harus
ditingkatkan. Tahun 2045 menjadi point penting tujuan pendidikan. Pemerintah
menyiapkan pekerjaan rumah bagi guru dan tenaga pendidik lainnya. Saat ini
Pendidikan penguatan karakter digelontorkan untuk para guru atau lembaga
pendidikan formal dalam memenuhi arah pendidikan yang berdasarkan kurikulum 13.
Penulis beropini sederhana guru yang
mampu menjadi motor penggerak pendidikan penguatan karakter adalah guru yang
bersahaja. Guru bersahaja : didefenisikan sebagai guru yang bisa menjadi
model/contoh, sopan santun, memberi motifasi dan memberi penggerak perubahan
kepada para peserta didiknya. Guru seperti ini memang sulit ditemukan dan beban
untuk diciptakan. Berbagai hambatan dan halangan datang menghadang. Keadaan
sarana dan prasarana jadi benturan, Fasilitas listrik yang belum menyentuh
seluruh wilayah, keadaan geografis wilayah yang sulit dijangkau dan bantuan
yang tidak dapat diserap secara adil di setiap instansi formal pendidikan.
Pemerataan guru yang memiliki
kemampuan bersahaja inilah yang harus diteruskan. Program guru garis depan
sangat bermanfaat bagi pemerataan guru. Layaknya, peraturan tersebut
dilanjutkan dengan penempatan secara tetap bagi guru yang telah menyelesaikan
program itu. Kegiatan tersebut bisa menjadi salah satu solusi membenahi keadaan
pendidikan agar adil dan merata.
Seniman masuk sekolah juga telah
berjalan di tahun 2017 ini. Walaupun terbatas pada satu kajian seni. Program
yang dijalankan pemerintah ini bisa menunjang karakter siswa. Seni memiliki
peran penting untuk membentuk karakter peserta didik yang berkarakter. Seni
mampu menyatukan perbedaan dan melembutkan rasa pelaku dan penikmatnya.
Bersahaja yang berasal dari pandangan
peserta didik tentu bisa diartikan seorang guru yang dicintai dan disenangi
oleh mereka. Keadaan dimana guru tersebut sangat dirindukan dan dibutuhkan. Ia
bisa menyelesaikan persoalan dan permasalahan yang di alami peserta didiknya. Ia mendidik dengan cara
yang fleksibel berdasarkan keadaan peserta didiknya. Ia mampu menempatkan
dirinya di peserta didik secara pas dan tidak berlebihan. Ia dimata peserta
didiknya bisa menjadi panutan yang bisa diteladani dari cara berpakaian,
bersikap dan bertutur. Bersahajanya seorang guru juga diartikan oleh peserta
didik sebagai sosok orang tua pengganti di lingkungan sekolah dan dunia
pendidikan.
Bersahaja yang berasal dari pandangan
teman sejawat dan instansi adalah Guru tersebut bisa menopang kekurangan guru
lainnya, menjadi tempat bertanya ilmu yang terbarukan, memiliki kemampuan ilmu
teknologi, memiliki jiwa sosial yang baik, punya etika dan estetika dalam
mendidik dan mampu menyelesaikan pekerjaan administrasi profesinya berdasar
koridor yang berlaku.
Sejatinya Guru bersahaja adalah
pribadi diri “pahlawan tanpa tanda jasa” ia menjadikan dirinya sosok sederhana
yang memiliki banyak kemampuan baik di sekolah dan masyarakat. Menjadikan
seorang guru atau terciptanya guru-guru yang bersahaja siap melaksanakan tugas
dan mempu mengemban visi dan misi pendidikan adalah peran penting untuk
menjadikan peserta didik sebagai insan yang berkarakter.
Jadikan guru anda dan kita sebagai
makhluk yang bersahaja bertindak dengan rasa dan berpikir cerdas. Bergerak dan
berusaha sesuai tugas dan tanggung jawab. Kehidupan ini adalah kesederhanaan
yang menjemput kedamaian dalam perbuatan kebaikan. Belajarlah sepanjang hayat. Selama
anda hidup bersahajalah dengan waktu sebaik-baiknya.
Hormat saya
Penulis
Post a Comment for "Cara Menjadi Guru Bersahaja Sebagai Penguat Karakter Peserta Didik"
Berkomentarlah Sesuai dengan Artikel di atas. Jangan berkomentar yang mengandung SPAM, SARA, dan Pornografi.