Cerpen Berjudul KENYANG
CERPEN "Kenyang"
Salam hangat dan hormat
Berikut ini sebuah cerita pendek yang penulis ambil dari tema kehidupan pribadi penulis sendiri. Selamat berliterasi.
KENYANG
Oleh: Halley Kawistoro
Salam hangat dan hormat
Berikut ini sebuah cerita pendek yang penulis ambil dari tema kehidupan pribadi penulis sendiri. Selamat berliterasi.
Aku dan Alesha |
KENYANG
Oleh: Halley Kawistoro
Usianya saat ini
menginjak 2 tahun. Kakinya mulai kuat menapak. Di tumpukan pasir itu setiap
sore ia bermain. Wajahnya masih menyimpan bekas luka yang suka di garuknya.
“Koyeng yah” suara nya
yang lucu kudengar sambil menunjuk pipinya yang meninggalkan belang kehitaman.
“Alesha, jangan bermain
di situ” ujarku
Mukanya berubah cemberut
dan merengek. Mengadukan diriku kepada bundanya. Alesha nama yang kupilihkan
untuknya. Meminjam nama panggilan dari aku ayahnya yang bernama halley. Biasa
dipanggil ale.
Kudengar dari ibuku yang
merupakan nenek Alesha. Ia menemani istriku saat persalinan Alesha yang menjadi
salah satu memori yang menegangkan. Masih teringat betapa gentingnya proses persalinan
istriku untuk kelahiran Alesha. Memang, anakku yang pertama juga seperti itu.
Disebabkan oleh istriku mempunyai keturunan darah tinggi. Entah karena cemas
atau apa. Jika berurusan dengan dunia kedokteran atau medis. Orang yang
mempunyai riwayat darah tinggi akan mendapat perhatian khusus dalam persalinan.
Pengalaman pahit juga
telah kami alami karena jenis penyakit yang bernama darah tinggi. Anak kami
yang kedua meninggal di usia tiga hari disebabkan kelahiran premature yang
sebab musababnya juga karena darah tinggi.
Alesha menjadi anak kami
yang ketiga. Semoga ada yang selanjutnya. Seperti kata orang tua dulu. Banyak
anak, banyak rejeki. Kembali pada masa tersebut saat persalinan Alesha.
Kontraksi hebat dialami istriku tepat jam dua tengah malam. Rasa senanga campur
aduk. Maklum, usia kandungan istriku sudah lewat dua minggu.
Kontraksi hebat itu bukan
alami. Melainkan karena ia minum obat perangsang persalinan.
“nanti ibu minum nya
seperempat saja” istriku menirukan ujaran dokter Mahyudin pemilik klinik
bersalin Bunda di kota kelahiranku Palembang.
Kegentingan yang terjadi
dimulai ketika aku mengantarkan istriku pada jam 05.00 pagi untuk persalinan
dengan menggunakan motor lama kepunyaan kakak ipar. Selama di perjalanan yang
kurang lebih 5 kilometer tersebut. Istriku memegang pundakku erat dan tangan
satunya memegang perutnya Manahan sakit. Sambil berkata
“yah sakit yah, bunda gak
tahan” rintihnya di sepanjang jalan.
“sabar, tahan, tar lagi
sampai” jawab ku berusaha menenangkannya.
Sesampainya di sana
ketegangan semakin menjadi-jadi. Pihak rumah sakit bersalin berkata gak ada
kamar standar yang memiliki NICU istilah yang tak kupahami. Aku hanya ingin
istriku dibantu dalam persalinan. Aku kehilangan akal. Seperti biasa ketidak
tahuan dan kebingungan telah membuatku tak mampu berfikir.
Aku menerima alasan
perawat penjaga. Istriku dipindahkan menuju rumah sakit type B dengan alasan
klasik kekurangan kamar. Sesampainya disana, kami ditolak. Saat ku tak bisa
berfikir lagi. Suara dari belakang muncul. Rupanya kedua orang tuaku sudah ada
di belakang ku.
Kami dikembalikan lagi ke
RS. Bersalin BUNDA. Jam sudah menunjukan 06.05 pagi. Pergantian penjaga
dilakukan. Doaku di dengar. datang seorang perawat langsung memeriksa keadaan
istriku. Ia periksa istriku dan berkata ini sudah mau melahirkan. Lega rasanya, Jam 07.00 anakku
dilahirkan. Ia kuberi nama Alesha. Aku masuk ruangan persalinan dan
meengazankannya. Ibuku berkata anakmu tadi lahir dalam keadaan terbungkus.
Dalam mitos jawa katanya anak yang dilahirkan dalam keadaan terbungkus memiliki
kemampuan daripada anak lainnya. Aku hanya tersenyum malu. Betapa besar
pengorbanan Ibuku yang mau menemani proses persalinan mantunya. Aku tak bisa
berkata apa-apa.
Ujaran Ibuku terbukti.
Alesha saat ini dan selama perjalanan waktu. Ia lebih tahan daripada kakak
pertamanya. Bisa dibilang jarang sakit. Semua orang tua pasti Bahagia dan
senang melihat tumbuh kembang anaknya normal dan selalu dalam keadaan sehat.
Ekonomi ku pun semakin
membaik. Semenjak beberapa waktu sebelum ASI eklusif Alesha di hentikan. Aku
sedikit ragu apakah mampu membelikan susu untuknya. Syukur, rejeki, jodoh dan
maut ada di tangan Tuhan. Di usianya yang terus bertambah Alesha tumbuh sehat.
Pipinya mulai menebal dan kelihatan tembam. Selain itu, larinya semakin
kencang. Suaranya semakin lantang.
Ada suatu waktu saat kita
yang telah menjadi orang tua berselisih karena anak. Saat Alesha diserang sakit
yang kuanggap demam biasa. Pendapat berbeda muncul. Istriku beranggapan harus
minum obat. Sedangkan aku hanya inginkan Alesha istirahat saja. Seperti biasa,
sebagi seorang suami aku hanya mengalah.
Masalah pun muncul
kembali. Alesha sudah menjadi pintar. Ia tahu akan diberi obat. Biasanya, saat
usianya kecil. Jika hendak dikasih sirup penurun panas ia hanya menurut. Segera
ia beraktivitas kembali.
Tantangan dari Alesha
kami hadapi. Aku pegang tubuhnya, istriku memasukan obat ke mulutnya. Namun,
masalah belum selesai. Alesha pintar ia tahu itu bukan makanan dan mengenalinya
sebagai obat. Disimpan nya sirup penurun panas tersebut dalam mulutnya sesaat
kemudian di buangnya.
Aku dan istriku
kebingungan. Kami ulangi cara yang sama. Namun, setelah sirup tersebut di dalam
mulutnya. Aku gelikan tubuh Alesha sehingga dia lupa dan menelan sirup yang ada
di mulutnya. Sesudah itu ia menangis. Aku memeluknya. Kutatap raut wajahnya.
Sebuah kata pun di ucapkan kurang begitu jelas.
Setelah peristiwa
tersebut Alesha menyebutkan sebuah kata untuk setiap apapun yang dianggap nya
sudah cukup. Habis buang air, habis makan, habis jajan, habis minum susu, dan
lain sebagainya. Sebuah kata yang ia ucapkan “Kenyang”.
Sampai saat ini pun aku
memahami kata itu adalah kata yang muncul dan tak begitu jelas sewaktu aku dan
istriku memaksa meminumkan sirup penurun panas untuk Alesha. /Sekian/
Post a Comment for "Cerpen Berjudul KENYANG"
Berkomentarlah Sesuai dengan Artikel di atas. Jangan berkomentar yang mengandung SPAM, SARA, dan Pornografi.